第6回アロール県エキスポで日本の竹製品を紹介
2007年8月4日~8日、NTT(東ヌサトゥンガラ州)のアロール県で、第6回アロール県エキスポが実施された。インドネシア文化宮(GBI)は、同エキスポの提案者として、第一回目から毎年共催者として参加している。今年の主テーマは「竹」。そこで、GBIは、日本の最先端竹グッズの紹介を通じて、竹資源の可能性を提示するため、ブースを借りて、各市町村のスタンドの一角を占めた。
現在インドネシア国内を東に西に、北へ南へと慌しく移動中のため、詳細な報告は後日、追記していきます。
エキスポのシンボルとなった巨大な竹製モコ(銅鼓)は、プラ島で作成された。高さはおよそ5メートル。
GBIブース。地元の高校を卒業したニンシさんがお手伝いしてくれた。「素晴らしい体験をさせてもらいました。いつの日か、ここアロールでこのような竹製品が生まれることを願っています」と。
先生に引率されて、高校生がブースを訪れてくれた。「こんにちは!お名前は?お名前を書いてくれますか?」と、昨年GBIが実施した日本語教室で覚えた日本語も流暢。
第6回アロール県エキスポの賓客・夫人地位向上担当相のムティア・ハリダ・ハッタさん(左端)もGBIブースに立ち寄り、竹炭石鹸に興味を示した。右端はアンス・タカラペタ県知事。
女性担当相に次ぐ県の賓客は、首都ジャカルタからやってきた若手デザイナーのオスカル・ラワラタさん。母親で女優のレギーさんも同行。一行は、ブアヤ(鰐)島を訪ね、イカット(絣)文化に触れた。
「Suara Pembaruan」紙掲載(2007年8月15日付け)第6回アロールエキスポ関連記事
【Perempuan Alor dan Tenun Ikat】
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/08/15/Hiburan/hib01.htm
Pilipin Takalapeta (85) memeragakan proses pemintalan benang ketika ditemui di Expo Alor VI tahun 2007, di Kota Kalabahi, Selasa (7/8).
Tenun ikat dan songket tidak bisa dipisahkan dari perempuan yang tinggal di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di pulau ini, tenun identik dengan perempuan. Dari anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) sampai yang sudah sepuh, mereka masih menenun. Pilipin Takalapeta (85), misalnya, masih memintal benang ketika ditemui di Expo Alor VI tahun 2007, Selasa (7/8) di Kota Kalabahi.
Expo Alor merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Alor. Tahun ini, kegiatan seni dan budaya itu bertema "Alor, Ruas Bambu dan Ruang Investasi Dunia". Kegiatan pada pameran tersebut berupa pentas seni budaya, jambore perajin tenun, pameran pembangunan dengan produk utama bambu, gelar busana tenunan daerah, lomba lukis tingkat pelajar dan temu persahabatan mancanegara peserta "Sail Indonesia".
Menenun, kata Cendana Dude (41), seorang penenun dari Kecamatan Alor Timur, merupakan kegiatan sehari-hari anak perempuan yang diturunkan seorang ibu ke anaknya. Ibu dari lima orang anak ini belajar menenun ketika berusia 19 tahun. Namun, Cendana hanya terampil menenun songket. Songket Alor berbeda dengan songket daerah lain, misalnya, songket Palembang yang memakai benang emas dan umumnya berwarna cerah.
Tenun ikat dan songket Alor menggunakan pewarna alami dan dibuat dari bahan kapas. Para penenun di daerah ini dengan telaten mengolah kapas hingga menjadi tenun ikat dan songket. Setidaknya, para penenun di sana mampu membuat 40 warna dari bahan alami, seperti : kunyit, daun lamtorogung, daun pepaya, bunga bougenvile, kayu, kapur sirih, akar mengkudu, pohon kosambi.
Menurut Cendana, satu selendang bisa diselesaikan selama seminggu, mulai dari proses membuat benang sampai menenun. Kalau hanya menenun, ujarnya, memakan waktu tiga hari. Ini bila menggunakan benang yang sudah diberi warna sintetis. Masyarakat Alor menyebut benang sintetis ini sebagai benang toko.
Dibutuhkan waktu sebulan untuk menghasilkan satu tenun ukuran kain bila menggunakan bahan dari kapas. Biasanya mereka menenun di pagi hari selama tiga jam. Harga satu kain dari kapas bisa sampai Rp 2 juta, sedang selendang Rp 100.000. Kalau untuk tenun yang terbuat dari benang sintetis ukuran selimut dihargai Rp 500.000.
Para penenun tenun ikat ditemukan di daerah pesisir Alor. Selama berabad-abad orang yang tinggal di pegunungan menukar jagung dan ubi kayu dengan tekstil dari daerah pantai. Satu-satunya daerah pegunungan yang merupakan pengecualian adalah Batulolong. Masyarakat setempat belajar membuat tenun ikat dari tetangganya yang tinggal di pesisir pantai.
Saat ini, ada 140 kelompok tenun yang beranggotakan 1.370 penenun. Kelompok tersebut merupakan kelompok unggulan. Artinya kelompok ini dibina Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Alor dalam hal pemanfaatan benang, pewarnaan, motif dan pemasaran. Hasil tenun, kata Cendana, dijual ke Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Alor sekali dalam tiga bulan.
"Menenun bisa mendapat uang Rp 600.000 sampai Rp 700.000. Uang itu untuk makan dan biaya sekolah anak. Suami saya bekerja sebagai petani kelapa yang diolah menjadi kopra," ujar Cendana.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono yang menyaksikan jambore pengrajin tenun menuturkan, tenun jangan hanya dilihat sebagai produk yang hanya bisa dikenakan. Lebih dari itu, tenun mencerminkan perempuan merupakan asset dan berpotensi. Menurutnya, kalau perempuan diberi kesempatan berkembang, termasuk modal dan pemasaran maka penenun semakin giat mengembangkan keahlian menenun, termasuk mengembangkan motif dan warna.
Tenun tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan Alor dan perempuan. Tenun merupakan laboratorium untuk mengembangkan wawasan kebangsaan, cinta Tanah Air, pendidikan, keadilan dan kesetaraan gender. Juga, sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, tenun harus mendapat posisi yang baik. Entah dari segi ekonomi, dan budaya.
"Jangan hanya batik yang berkembang. Kalau batik sudah ada dari Aceh sampai Jayapura. Maka, perlu juga peran desainer untuk memasarkan tenun ikat," ujar Meutia yang memiliki sejumlah tenun ikat dari NTT.
Sebagai penenun, perempuan Alor telah berkontribusi dalam pelestarian budaya bangsa. Di Alor, penenun memanfaatkan kearifan local. Misalnya dengan memproduksi bahan alami. Mereka mulai mengenal tenun sejak duduk di bangku SD. Perempuan yang sudah pandai menenun dianggap perempuan dewasa dan bisa berkeluarga.
Wakil Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang juga hadir di jambore pengrajin tenun menyebut semua suku yang ada di NTT memiliki tenun dan sebenarnya berpotensi besar untuk meningkatkan penghasilan penduduk bila dikembangkan. Dahulu, katanya, tenun hanya mempunyai nilai sosial , misalnya dipakai saat upacara perkawinan, mahar. Sekarang bergeser menjadi memiliki nilai ekonomi.
Namun, tenun tidak berkontribusi secara langsung pada pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Alor. Tetapi dengan menenun, masyarakat bisa memperoleh uang yang dipergunakan untuk membiayai kebutuhan hidup termasuk membayar pajak kepada pemerintah daerah. Hanya saja yang menjadi kendala adalah pemasaran. Ini terkait dengan kain tenun yang cenderung berat sehingga kurang nyaman untuk dikenakan. Di samping itu, motif dan kualitas tenun pun perlu ditingkatkan. [SP/Nancy Nainggolan]
【Ragam dan Motif Tenun Alor】
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/08/15/Hiburan/hib02.htm
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono yang menyaksikan jambore perajin tenun
Warna dan motif tenun berbeda antardaerah yang menjadi basis tenun di Alor. Ada lima daerah basis tenun dan masing-masing memiliki ciri khas, baik dari segi motif maupun warna. Kelima basis tenun itu merupakan daerah kerajaan yang pernah ada di Alor. Di masa pendudukan Belanda, Alor terdiri atas lima kerajaan yaitu Kui, Batulolong, Kolana, Baranusa dan Alor.
Daerah Kolana, Kui dan Batulolong terkenal dengan tenun songket, sedangkan daerah tenun ikat terkenal adalah Ternate, Pulau Buaya, Baranusa, Koli Jahi dan Alor Kecil, yang masing-masing memiliki warna dan motif tersendiri. Ikan, penyu, naga dan bahkan gajah adalah motif yang ditemukan di antara tenun ikat Alor. Motif gajah diambil dari sutera India, dan patola yang dulu banyak ditemukan di Pantar. Saat ini, Patola jarang ditemukan tetapi bisa ditemukan di museum Kalabahi.
Dari segi pembentukan motif/pembuatan ragam hias hasil tenun terdiri atas tiga jenis, yaitu tenun ikat, tenun songket dan tenun buna. Pada tenun ikat, pembuatan ragam hias dengan cara mengikat benang lungsi kemudian diproses dengan pewarnaan tradisional. Tenun songket, pembuatan ragam hias dengan cara menambah benang pakan. Sementara pada tenun buna, ragam bias dibentuk dari proses penggandaan benang lungsi.
Awalnya kain tenun yang dihasilkan berupa sarung, selimut dan selendang yang pemanfaatannya masih terbatas sebagai alat pelindung badan, prestise/status sosial, upacara adat, mas kawin serta dianggap sebagai mitos karena menurut kepercayaan, corak/desain tertentu akan melindungi mereka dari gangguan alam, bencana, atau roh jahat.
Dalam hal tertentu, tenun ikat juga dipakai sebagai denda. Misalnya untuk menyelesaikan pelecehan atau suatu tindakan yang tidak terpuji, kadang suatu keluarga dapat menuntut dibayarkan dengan tenun ikat sebagai pelengkap alat kompensasi.
Desain atau motif pada mulanya juga bersifat monoton, yang diwariskan secara turun-temurun. Motif tersebut berupa fauna (zoomorphic), figur manusia (antropomorph), stilisasi tumbuhan (flora), geometris serta replika ragam hias kain patola India.
Tetapi, seiring dengan kebutuhan konsumen saat ini, maka ukuran, motif, warna dan jenis kain tenun yang dihasilkan tidak hanya terbatas pada sarung, selimut, dan selendang saja. Kini, kain tenun itu bisa dipergunakan untuk bahan pakaian safari/jas, rompi, gaun terusan perempuan, kain gorden, bed cover, taplak meja, kotak surat, hiasan dinding, tas, dan dompet.
Di antara penenun, masih ada yang menenun secara tradisional. Pengerjaan tenun mulai dari pembersihan kapas (biji kapas dibuang) yang disebut baneha, kemudian pembersihan kapas dengan menggunakan alat menyerupai panah yang disebut buhung, dan dilanjutkan proses menggulung kapas menjadi benang. Benang yang terbentuk digulung jadi bola-bola.
Pada proses tenun songket, benang dicelup ke pewarna alami (kutulak) dengan cara dimasak di periuk tanah, kemudian benang yang sudah berwarna itu diikat untuk menjadi motif tenun songket dan kemudian ditenun.
Pencelupan warna sampai tiga kali dengan bahan warna bisa dari pohon kosambi, daun turi. Berbeda dengan tenun songket, pada tenun ikat, motif diikat baru ditenun.
Pemintalan dan pencelupan kapas dengan daun, akar dan kulit kayu memakan waktu dan tenaga. Cara tersebut sangat memakan waktu, sehingga pemakaian mesin pintal dan pencelupan sintetis muncul. Yang pasti perbedaan bahan itu, pastinya membuat perbedaan antara tenun alami dan sintetis.
Tenun ikat atau songket yang menggunakan bahan kapas dan pewarna alami memiliki warna tidak seterang warna tenun ikat dan songket yang terbuat dari bahan sintetis. Selain memakan waktu dan tenaga, tenun alami juga mengalami kendala dalam hal pengadaan kapas, sehingga sekalipun ada permintaan ekspor belum bisa dipenuhi para penenun. [SP/Nancy Nainggolan]
【参考ブログ】
第6回アロール・エキスポ情報(Expo Alor ke-VI)
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200706article_11.html
アロール県がタマンミニにパビリオンをオープン
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200704article_4.html
Mr.おじいさん&Mrs.おばあさんコンテスト
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200611article_5.html
アロール島でミスコンを主催
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200611article_4.html
世界で二番目に美しい海中公園アロール島
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200611article_3.html
第5回アロール・エキスポで日本の絣&着物を展示
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200610article_7.html
第5回アロール・エキスポで寿司を握る
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200610article_6.html
アロール島事典(日本語): http://alor.hp.infoseek.co.jp/
アロール県Website(英イ語): http://www.alor-island.com/
インドネシア文化宮:http://clik.to/GBI
オスカル・ラワラタさんが首都ジャカルタに新ブティックをオープン予定
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200702article_1.html
アジア発最新ファッション
https://gbitokyo.seesaa.net/article/200612article_6.html
この記事へのコメント