バンダアチェ観光年に暗雲？　Promosi Visit Banda Aceh Year 2011: インドネシア文化宮(GBI-Tokyo)

2011年04月07日

バンダアチェ観光年に暗雲？　Promosi Visit Banda Aceh Year 2011

2011年は、バンダアチェ観光年『Visit Banda Aceh Year 2011』だが、そのPR不足が問題視されている。アチェの最有力紙『Serambi Indonesia』が伝えるところによれば、予算不足のため、予定されていたイベントが実施されない状況に陥っている。PR予算は約29億ルピア（約2,900万円）。巨大津波禍から復活を遂げた“メッカの前庭”。自立経済を目指して企画した観光年だが、思惑通りには進んでいない。

BANDA ACEH - Pemerintah Kota Banda Aceh dinilai tidak serius melaksanakan program tahun kunjungan wisata ‘Visit Banda Aceh Year 2011’. Memasuki bulan keempat ini ternyata masih banyak even atau kegiatan pariwisata yang belum terlaksana, sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya.

“Banyak even yang belum dilaksanakan, seperti putro phang art, festival Krueng Aceh, festival geulayang tunang, dan masih banyak lagi. Persiapannya saja kita tidak dengar,” ungkap Ketua Asosiasi Travel Agen Indonesia (Asita) Aceh, Dahlan Sulaiman, kepada Serambi, Rabu (6/4).

Selain itu, pemerintah kota juga tidak melibatkan pihak swasta secara serius. Semestinya, sambung Dahlan, swasta sudah harus diajak sejak awal pelaksanaan program Visit Banda Aceh Year 2011. Ini juga dimaksudkan untuk mensiasati keterbatasan anggaran promosi pemerintah.

“Jadi kalau begini caranya tidak mungkin bisa sukses. Tidak heran bila kemudian tingkat hunian hotel terus menurun,” tandas Dahlan. Pelaksanaan Visit Banda Aceh Year 2011 memang belum memberi dampak berarti terhadap kunjungan wisatawan ke Banda Aceh, yang terlihat dari trend tingkat penghunian kamar (TPK) hotel yang terus menurun.

Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Aceh, Denny Suryana, sebelumnya mengungkapkan, TPK di Banda Aceh mengalami penurunan sebesar 35 persen. Hal ini terjadi karena pelaksanaan even tidak dibarengi dengan promosi yang gencar ke luar daerah.

Dana promosi
Terkait hal itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banda Aceh, Reza Pahlevi, menyebutkan, dana yang dianggarkan untuk kegiatan promosi sebesar Rp 2,9 miliar. Di dalamnya sudah termasuk di dalamnya promosi di televisi, radio, media cetak, brosur, buletin, baliho, pameran dalam dan luar negeri.

Begitupun, pihaknya sudah semaksimal mungkin melakukan promosi even sesuai dengan dana yang ada. “Kami sudah memasang iklan di majalah Garuda untuk tiga kali tayang, di majalah Lion Air untuk satu kali tayang edisi Maret, majalah Tempo, Trust, dan majalah pariwisata lainnya, termasuk lewat internet,” katanya.

Di samping itu, pihaknya juga berencana untuk memasang baliho Visit Banda Aceh Year di Bandara Polonia (Medan), Penang, dan Kuala Lumpur. “Namun ini baru sebatas rencana. Kami baru mengusulkan dana untuk itu pada tahun ini (2011),” imbuh Reza.

Sedangkan untuk memasang iklan di televisi nasional, pihaknya mengaku belum mampu, mengingat biaya yang harus dikeluarkan cukup besar. “Terus-terang kami belum mampu. Sekedar bayangan saja, untuk memasang iklan satu kali tayang di TV nasional dengan durasi 30 detik biayanya sudah Rp 30 juta,” sebut Reza.

Pihaknya juga mengaku belum mampu memasang baliho di Bandara Soekarno-Hatta. “Biaya untuk promosi yang gencar memang sangat mahal. Jika ingin memasang baliho di Bandara Soekarno-Hatta selama setahun nilai kontraknya Rp 1 miliar,” sebutnya.

Karena itu, salah satu upaya yang dilakukan pihaknya untuk mengatasi keterbatasan tersebut adalah dengan rajin mengikuti semua event pameran wisata. Baik di dalam negeri maupun luar negeri. “Pameran wisata merupakan moment yang tepat untuk mempromosikan wisata Aceh, terutama Banda Aceh,” pungkasnya.

General Manager Hermes Palace Hotel, Octowandi, menilai, anggaran promosi sebesar Rp 2,9 miliar tersebut masih sangat kurang. “Dana segitu kurang. Untuk saranan dan prasarana, belum lagi untuk promosi,” ujarnya.(yos/ami)

http://aceh.tribunnews.com/news/view/53353/pelaksanaan-visit-banda-aceh-year-dinilai-tak-serius